PENTINGNYA FREKUENSI

Seseorang menjadi ahli, ternyata dipengaruhi seberapa sering ia melakukan suatu keterampilan. Semakin sering melakukan, maka semakin baik performanya. Peribahasa menyatakan alah bisa, karena biasa, dan pisau tajam karena diasah.

Dengan kata lain, ketika kita menyaksikan kesuksesan seseorang, sebagai contoh seorang singer Putri Ariani, tentu ia telah melewati ribuan kali melakukan kegiatan bernyanyi hingga bisa melampaui kemampuan biasa. Demikian pula atlit yang hebat, penari yang terkenal, semua didapat melalui langkah-langkah kecil sebelumnya.

Untuk sampai ke suatu tempat, tentu dimulai dari langkah pertama. Semakin sering menggerakkan kaki untuk melangkah, maka semakin dekan menuju tujuan. Tetapi semakin malas melangkah, semakin lama mencapai tujuan bahkan memutuskan berhenti untuk melangkah dan tidak mencapai tujuan.

Seringkali malasnya kaki melangkah, karena melihat dan membandingkan langkah kita dengan langkah orang lain, atau melihat betapa jauhnya menuju tujuan. Selain itu, kita seringkali terlalu lebay dan sangat peduli dengan omongan orang lain yang memberikan penilaian terlalu objektif seperti kamu kurang ini, kamu kurang itu, kamu terlalu begini dan terlalu begitu.

Jika belajar kepada setiap bayi yang sedang berlatih untuk bisa berjalan, lingkungan sekitar tentu mendukungnya dan memberikan kalimat-kalimat positif ketika dia terjatuh. Tanpa mengenal lelah dan berkali-kali jatuh, ia terus mencoba. Hampir tidak pernah terdengar kasus bayi yang memutuskan untuk berhenti mencoba, di antara buktinya adalah diri kita.

So, untuk mahir berbahasa maka yang paling penting adalah belajar mencoba. Naah ceritanya walaupun sudah tidak bisa disebut muda lagi, saya belajar untuk berbahasa, memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris... what ever, no matter what jeleknya langkah pertama ini... I dont care! ha..ha.. Mari berlatih lagi, lagi dan lagi