Namun demikian kemampuan berbahasa ini tidak muncul begitu saja. Kemampuan berbahasa tidak otomatis terbentuk dalam diri manusia, sebagaimana terbentuk dalam diri binatang yang ketika tidak diajari pun anak kucing bisa berkata "meong". Kemampuan berbahasa harus dikembangkan sejak usia dini. Anak-anak belajar berbahasa melalui interaksi, pengalaman, dan stimulasi yang mereka terima dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, memahami perkembangan bahasa anak usia dini adalah bagian penting dalam mendukung mereka tumbuh dan berkembang secara optimal.
Perkembangan bahasa anak usia dini merupakan proses
bertahap yang memungkinkan anak memahami, mengolah, dan menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi. Menurut Owens (2016), bahasa adalah sistem komunikasi yang
terdiri dari simbol-simbol yang digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan.
Senada dengan Owens, Santrock (2018) menjelaskan bahwa bahasa berkembang sejak lahir dan dipengaruhi oleh faktor biologis, sosial, dan kognitif. Vygotsky (1978) menambahkan bahwa interaksi sosial memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa anak.
Terdapat beberapa teori utama yang menjelaskan bagaimana anak mengembangkan bahasa, meliputi teori Nativis, Behavioristik, Kognitif, Pragmatik, dan teori Intraksionis.
Teori Pemerolehan Bahasa Chomsky: Language Acquisition Device (LAD)
Noam Chomsky, seorang ahli linguistik terkenal, mengembangkan teori Nativisme yang menjelaskan bagaimana manusia memperoleh bahasa. Ia berpendapat bahwa kemampuan berbahasa bukan sekadar hasil pembelajaran dari lingkungan, melainkan sudah ada dalam diri manusia sejak lahir.
Chomsky memperkenalkan konsep Language Acquisition Device (LAD), yaitu perangkat bawaan dalam otak manusia yang memungkinkan anak memahami dan mempelajari bahasa secara alami. Dengan adanya LAD, anak-anak dapat:
- Mengenali struktur dasar bahasa – Setiap bahasa memiliki pola atau tata bahasa yang dapat dipahami anak tanpa harus diajarkan secara eksplisit.
- Memperoleh bahasa dengan cepat – Anak-anak bisa mempelajari bahasa dengan sangat cepat dibandingkan keterampilan lain yang mereka pelajari.
- Membentuk kalimat baru – Mereka tidak hanya meniru kata atau frasa yang didengar, tetapi juga bisa membangun kalimat baru sesuai aturan bahasa.
Chomsky juga memperkenalkan konsep Tata Bahasa Universal (Universal Grammar), yaitu seperangkat aturan dasar bahasa yang bersifat bawaan dan dimiliki semua manusia. Meskipun setiap bahasa memiliki perbedaan, ada pola-pola dasar yang sama di semua bahasa, seperti penggunaan subjek, predikat, dan objek dalam kalimat.
Teori Chomsky ini menegaskan bahwa perkembangan bahasa anak bukan hanya soal meniru atau belajar dari lingkungan, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan biologis yang telah diberikan oleh Allah sejak lahir.
Teori Pemerolehan Bahasa Skinner: Operant Conditioning
Teori Behaviorisme yang dikembangkan oleh B.F. Skinner menjelaskan bahwa perkembangan bahasa pada anak terjadi melalui proses pembelajaran yang didasarkan pada stimulus, respons, dan penguatan. Skinner juga berpendapat bahwa anak-anak belajar bahasa dengan cara meniru, mengalami penguatan, dan pembiasaan melalui interaksi dengan lingkungan. Berikut adalah prinsip utama dari teori ini:
1. Imitasi (Meniru)
Anak-anak mulai belajar bahasa dengan meniru kata-kata dan kalimat yang mereka dengar dari orang tua atau lingkungan sekitar.
2. Penguatan (Reinforcement)
Jika anak mengucapkan kata atau kalimat dengan benar, orang dewasa cenderung memberikan penguatan positif, seperti pujian atau ekspresi senang, sehingga anak termotivasi untuk mengulanginya. Jika anak mengucapkan kata yang salah, mereka mungkin tidak mendapatkan respons atau bahkan mengalami penguatan negatif, sehingga mereka belajar untuk memperbaiki ucapannya.
3. Pembiasaan (Habit Formation)
Semakin sering anak mendengar dan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, semakin terasah kemampuan mereka dalam memahami dan menghasilkan bahasa.
Implikasi teori Skinner dalam perkembangan bahasa anak adalah bahwa Lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa anak. Semakin kaya stimulasi bahasa yang diberikan, semakin baik perkembangan bahasanya. Selain itu penguatan positif dapat mendukung mempercepat proses belajar bahasa, seperti memberi apresiasi ketika anak berbicara dengan benar. Anak juga dapat belajar melalui pengalaman langsung, bukan hanya dari kemampuan bawaan, tetapi juga dari interaksi dengan orang tua, guru, dan lingkungan sosial
Meskipun teori Behaviorisme dari Skinner membantu menjelaskan bagaimana lingkungan dan pengalaman membentuk bahasa anak, teori ini juga dikritik karena terlalu menekankan aspek pembelajaran eksternal dan kurang memperhitungkan faktor bawaan, seperti yang dijelaskan oleh Noam Chomsky dalam teorinya tentang Language Acquisition Device (LAD).
Kedua teori ini sebenarnya saling melengkapi, Chomsky menekankan bahwa manusia memiliki potensi bawaan untuk berbahasa, sedangkan Skinner menyoroti pentingnya lingkungan dan interaksi dalam memperkaya bahasa anak. Dengan memahami kedua teori ini, kita dapat lebih efektif dalam mendukung perkembangan bahasa anak usia dini melalui stimulasi yang tepat dan lingkungan yang kaya bahasa.
Teori Kognitif Piaget: Hubungan antara Kognisi dan Bahasa
Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan, berpendapat bahwa perkembangan bahasa anak sangat bergantung pada perkembangan kognitif mereka. Dengan kata lain, bahasa bukan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi muncul seiring dengan perkembangan pemikiran dan pemahaman anak terhadap dunia di sekitarnya.
Menurut Piaget, anak-anak harus mengembangkan pemahaman kognitif terlebih dahulu sebelum mereka dapat menguasai bahasa. Ia mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif yang mempengaruhi pemerolehan bahasa:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Implikasi dari teori Kognitif Piaget adalah bahwa Bahasa berkembang sesuai dengan tingkat pemahaman kognitif anak. Misalnya, anak tidak akan bisa memahami kata-kata abstrak sebelum mereka mencapai tahap operasional formal. Selain itu interaksi dengan lingkungan sangat penting, tetapi anak harus memiliki struktur kognitif yang cukup untuk memahami konsep bahasa. Dengan demikian stimulasi bahasa yang diberikan juga harus sesuai dengan tahap perkembangan anak, agar mereka bisa memahami dan menggunakan bahasa dengan baik.
Berbeda dengan Chomsky, yang berpendapat bahwa bahasa adalah kemampuan bawaan, Piaget menekankan bahwa perkembangan bahasa terjadi sebagai bagian dari perkembangan kognitif anak. Sementara itu, Skinner lebih menyoroti peran lingkungan dan penguatan dalam pemerolehan bahasa. Ketiga teori ini memberikan wawasan yang saling melengkapi dalam memahami bagaimana anak belajar bahasa sejak usia dini.
Teori Interaksionisme Vygotsky: Bahasa sebagai Alat Sosial
Lev Vygotsky mengembangkan teori interaksionisme sosial, yang menekankan bahwa perkembangan bahasa anak terjadi melalui interaksi sosial. Berbeda dengan Chomsky, yang menekankan faktor bawaan, atau Piaget, yang mengaitkan bahasa dengan perkembangan kognitif, Vygotsky berpendapat bahwa bahasa dan pemikiran berkembang melalui komunikasi dengan orang lain.
Vygotsky percaya bahwa bahasa bukan hanya hasil perkembangan kognitif, tetapi juga alat utama dalam proses berpikir. Ia menyoroti dua konsep utama dalam pemerolehan bahasa:
Zona Proksimal Perkembangan (Zone of Proximal Development / ZPD)
Zona proksimal perkembangan anak mensyaratkan bahwa belajar bahasa penting didukung dengan bantuan orang yang lebih ahli (misalnya orang tua, guru, atau teman sebaya yang lebih berpengalaman). Menurut Vygotsky, ada dua tingkat perkembangan dalam belajar bahasa yaitu 1) Tingkat aktual yaitu kemampuan yang sudah bisa dilakukan anak sendiri. dan 2) Tingkat potensial yaitu kemampuan yang bisa dicapai anak dengan bantuan orang lain. Dengan demikian dukungan dan bimbingan dari orang dewasa membantu anak berpengaruh penting bagi anak dalam mencapai tingkat perkembangan bahasa yang lebih tinggi.
Scaffolding (Dukungan Bertahap)
Skaffolding adalah dukungan bertahap atau perancahan yang membantu anak agar lebih mudah memahami dan menggunakan bahasa jika mereka mendapat bantuan atau model dari orang lain. Seiring waktu, bantuan ini berkurang (seperti scaffolding dalam bangunan), karena anak menjadi lebih mandiri dalam menggunakan bahasa.
Bahasa sebagai Alat Berpikir
Awalnya, anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun kemudian seiring waktu, bahasa menjadi alat berpikir internal (inner speech), yang membantu mereka memecahkan masalah dan mengorganisasi pemikiran. Sebagai contoh, anak kecil sering berbicara sendiri (private speech) saat bermain atau melakukan sesuatu, yang sebenarnya adalah cara mereka mengarahkan diri sendiri.
Implikasi dari Teori Vygotsky dalam Perkembangan Bahasa Anak adalah bahwa Interaksi sosial sangat penting dalam perkembangan bahasa—anak tidak bisa belajar bahasa sendirian. Demikian juga Dukungan dari orang dewasa dan lingkungan berperan besar dalam mempercepat perkembangan bahasa anak. Selain itu private speech membantu anak berpikir dan memahami dunia, bukan sekadar kebiasaan berbicara sendiri, dan penggunaan bahasa dalam aktivitas sehari-hari (misalnya bermain, bercerita, atau berdiskusi) dapat memperkaya keterampilan berbahasa anak.
Berdasarkan penjelasan berbagai teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa teori Vygotsky melengkapi teori Chomsky, Piaget, dan Skinner, dengan menegaskan bahwa bahasa berkembang melalui interaksi sosial dan bukan sekadar proses biologis atau pembelajaran individu.
Referensi
Chomsky, N. (1965). Aspects of the Theory of Syntax. MIT Press.Santrock, J. W. (2018). Child Development. McGraw-Hill.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.
Owens, R. E. (2016). Language Development: An Introduction. Pearson.
Berk, L. E. (2020). Development Through the Lifespan. Pearson.
Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. Norton.
Skinner, B. F. (1957). Verbal Behavior. Appleton-Century-Crofts.
No comments:
Post a Comment