Ketika pulang ke rumah, ternyata handphone dicari-cari tidak ditemukan, dimana terakhir tadi memegang handphone ya? pikirku. "Ooh... mungkin di tukang soto!" kata anakku. "Tadi aku lihat mama menyimpan handphone di meja, kemudian membayar soto! langsung pulang!" lanjut anakku. "Wah... harus segera balik lagi ke tukang soto ini mah!" lanjutku. Jangan sampai keduluan orang yang tidak bertanggung jawab, pikirku. HP itu kudapatkan dengan harga yang lumayan buat orang kecil seperti kita. Kalau dibelikan beras bisa dapat dua atau tiga karung, lumayan bisa memperkuat ketahanan pangan di rumah paling tidak untuk tiga bulan, batinku. Maka walau sudah lelah, jam menunjukkan pukul 21:00 kembali ke tukang soto adalah satu-satunya upaya untuk mendapatkan kembali HP itu.
Sesampainya di tukang soto, dua orang tua itu, ibu dan bapak penjual soto sedang duduk-duduk. Di depannya ada sebuah benda hitam sebesar telapak tangan, berbentuk persegi panjang. "Alhamdulillah, ini HP nya ya? saya tunggu-tunggu kok tidak bunyi!" kata ibu penjual soto itu, dengan nada terdengar riang. "Kalau ditelpon, saya akan jawab HP nya ketinggalan disini!" imbuh bapak penjual soto menjelaskan. "Iya, jawabku, soalnya tidak ada kuotanya" jawabku sedikit malu. Alhamdulillah, HP ku tertinggal di tukang soto yang saya pastikan adalah orang beriman. Buktinya, mereka tidak memiliki keinginan untuk menyembunyikan HP itu atau memilikinya untuk dijual, padahal peluangnya sangat memungkinkan. Cukup dengan berkata "waah, maaf yaa saya tidak lihat, soalnya tadi banyak pengunjung kesini!" maka saya pun tentu tidak akan memaksanya.
Berinteraksi dengan orang beriman dipastikan aman bagi semua orang di sekitarnya, karena ia akan berusaha melakukan kebaikan karena tahu bahwa Allah mengawasi apa saja yang dia kerjakan. Bersama orang beriman dipastikan menguntungkan bagi siapapun yang bertemu dengannya, karena ia tidak akan menipumu, memperalatmu, berbuat jahat padamu, karena ia takut kepada Allah Yang Maha Melihat, dan Maha Mencatat semua amalan.
Saya jadi teringat ketika khalifah Umar bin Khattab melewati suatu lembah, tempat seorang penggembala kambing menggembala ribuan kambing. Lalu Umar bin Khattab berkata pada penggembala. "Aku beli satu kambingnya yaa!" penggembala itu berkata "Maaf tuan!, ini bukan kambing saya, jadi saya tidak menjualnya!" Umar bin Khattab kemudian menjawab, "Ayolah, hanya satu saja, toh berkurang satu kambing di antara ribuan kambing yang kamu gembala, tidak akan terlihat! aku akan membayarnya dengan harga yang mahal". lalu dengan tegas penggembala kambing itu berkata "jika demikian, fa'ainalloh, dimana Allah?". Demikianlah Umar bin Khattab menguji sang penggembala yang ternyata memiliki iman yang kuat. Penggembala itu sadar bahwa jikapun kambingnya dijual dan ia akan mendapat keuntungan, tetapi bagaimana dengan pertanggungjawaban kepada Allah, tuhan semesta alam? apakah dapat menjawabnya dengan menegakkan kepala?"
Ya... orang beriman sudah cukup kaya hatinya sehingga ia tidak akan tergiur dengan keuntungan dunia sekecil atau sebesar apapun. Penggembala yang tentu tidak pernah merasakan enaknya mendapatkan kemudahan dan fasilitas yang didapat karena memiliki harta. Penggembala miskin itu sesungguhnya kaya. Seperti juga penjual soto yang sudah cukup merasa kaya sehingga tidak perlu mengambil kesempatan dalam peluang yang sesungguhnya memungkinkan.
Orang beriman tidak akan sembarangan dalam melakukan tindakan. Ia akan menahan tangan dari berbuat jahil, menahan kaki dari melangkah ke tempat maksiyat, menjaga mulut dari perkataan yang menyakitkan, menahan diri agar tidak mengambil hak orang lain, serta menahan kemaluannya dari perbuatan hina dan nista. Orang beriman tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan, apalagi membuat peluang-peluang dan kesempatan. Tindakannya tertib, penuh tanggungjawab sehingga dipastikan semuanya orang di sekelilingnya terjaga dari tangannya, karena sedetil apapun perbuatan manusia, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Andaikan semua pejabat beriman, maka tidak akan berseliweran berita tentang korupsi setiap hari, tidak ada pejabat yang mementingkan keluarga demi keuntungan pribadi. Jika para wakil rakyat beriman, tidak akan ada kebijakan yang dibuat untuk menguntungkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan rakyat yang diwakilinya. Jika semua orang beriman, tidak akan ada berita yang sungguh menyedihkan karena mengoyak nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana setiap hari kita saksikan melalui berbagai media Jika semua orang beriman, maka tidak diperlukan anggaran yang dari tahun ke tahun meningkat untuk memberi makan para narapidana, dan seterusnya.
Ya.. ini memang di dunia, bukan di surga. Maka apa yang kita harapkan bahwa kehidupan tanpa kejahatan hanyalah mimpi belaka. Kebaikan dan kejahatan akan selalu ada, bahkan sejak nabi Adam melangkahkan kakinya di muka bumi. Namun jika kejahatan meningkat setiap hari, pertanda kadar keimanan semakin rendah bahkan mungkin hilang. Oleh karena itu perlu upaya agar virus iman itu menyebar lebih luas sehingga lebih banyak orang merasakan keuntungan dan manfaatnya.
Untuk itu, jangan harapkan orang lain melakukannya. Mulailah semuanya dari diri sendiri. Setiap tindakan ada pertanggungjawaban di hari ketika tidak ada satu orang pun yang dapat menyembunyikan perbuatan jahat, tidak satu orang pun yang dapat mengelak, tidak ada orang lain yang dapat membantumu karena mereka juga sibuk dengan urusan tanggung jawab perbuatan mereka sendiri, termasuk syetan yang selama ini dijadikan kambing hitam atas kekhilafan yang kita lakukan. Semua beban tanggung jawab itu ada padamu. Jangan sampai di hari pengadilan itu, kita menyesal dan berkata, andai aku dulu hanya debu.
No comments:
Post a Comment