Saturday, March 15, 2025

UNSUR BAHASA

Bahasa terdiri dari berbagai unsur yang saling berkaitan, mencakup berbagai tingkat analisis mulai dari unit terkecil hingga struktur yang lebih kompleks. Mulai dari fonem (bunyi), morfem (unit makna), sintaksis (struktur kalimat), hingga wacana (struktur komunikasi yang lebih luas). Memahami unsur-unsur ini membantu dalam analisis bahasa, baik dalam studi linguistik maupun dalam penerapannya dalam komunikasi sehari-hari.

Fonem

Fonem adalah unit bunyi terkecil dalam suatu bahasa yang dapat membedakan makna kata. Fonem sendiri tidak memiliki makna, tetapi perubahan fonem dalam suatu kata dapat mengubah arti kata. Contohnya dalam bahasa Indonesia, fonem /p/ dan /b/ membedakan kata padi dan badi. Ada fonem vokal dan fonem konsonan.

Berkaitan dengan fonem adalah fonetik, yaitu mempelajari bagaimana bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia, adapun fonologi mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa diatur dalam suatu sistem bahasa tertentu. Atau dengan kata lain, bagaimana.bunyi berperan dalam perubahan makna.

Ada tiga aspek fonologi yaitu 1) distribusi bunyi, 2) asimilasi, dan 3) intonasi dan aksen. distribusi bunyi adalah bunyi yang bisa muncul di awal, tengah atau akhir kata. Sebagai contohm bunyi /n/ dalam bahasa Indonesia hanya muncul di akhir kata (kambing, kencing). Adapun asimilasi adalah perubahan bunyi karena pengaruh bunyi lain seperti mem+pakai menjadi memakai. Sedangkan intonasi dan aksen adalah tekanan suara terhadap makna.

Perbedaan fonem dapat merubah makna. Contohnya kata tali versus dali. Perbedaan fonem /t/ dan /d/ membuat dua kata ini memiliki makna yang berbeda. pada kata bisa (mampu) dan bisa (racun) meskipun memiliki bunyi yang sama (homonim) maknanya berbeda, tergantung koneks kalimatnya.

Fenomena fonologi yang sering dijumpai adalah asimilasi, terjadi ketika satu bunyi menyesuaikan diri dengan bunyi lain di sekitarnya. contohnya kata men+pakai menjadi memakai. Bunyi /n/ berubah menjadi /m/ karena pengaruh bunyi /p/ pada kata pakai. 

Morfem

Morfem adalah unit terkecil yang memiliki makna dalam suatu bahasa. Morfem memiliki makna atau fungsi gramatikal. Morfem bisa berupa kata utuh atau bagian dari kata. Contohnya kata berlari terdiri atas morfem ber-(perfiks yang menunjukkan tindakan) dan lari (dasar makna). Ada dua jenis morfem yaitu 1) morfem bebas dan 2) morfem terikat

Morfem bebas dapat berdiri sendiri sebagai kata, seperti kata makan, buku, rumah, adapun morfem terikat tidak dapat berdiri sendiri, atau dia harus bergabung dengan morfem lain. Contohnya kata ber- pada kata berlari dan -an dalam kata makanan.

Berkaitan dengan morfem adalah morfologi yaitu cabang linguistik yagn mempelajari struktur kata dan proses pembentukan kata, termasuk derivasi (pembentukan kata baru) seperti kata bada menjadi pembaca, dan infeksi (perubahan bentuk untuk fungsi gramatikal, seperti kata makan menjadi makanan. Dengan kata lain, morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata-kata terbentuk dari morfem.

Morfologi berkaitan dengan morfem yaitu bagaimana morfem membentuk kata dan maknanya. Sebagai contoh pada kata "ketidakadilan", terdiri atas kata ke- (prefiks yang menunjukkan sifat), tidak (adverbia yang bermakna negasi), adil (kata dasar keadilan) dan akhiran -an (sufiks berupa nominalisasi yang membentuk kata benda). Makna ketidakadilan berarti keadaan yang tidak adil.

Ada dua proses morfologis yaitu 1) derivasi dan 2) infleksi. Derivasi adalah membentuk kata baru dengan perubahan makna. Sebagai contoh kata dasar tulis diberi awalan pe menjadi penulis dan diberi awalan serta akhiran menjadi penulisan. ketiganya memiliki makna yang berbeda. Adapun proses infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah kelas kata. Sebagai contoh kata makan diberi imbuhan lah menjadi makanlah, dimana perubahan terjadi karena imbuhan perintah.

Sintaksis

Sintaksis adalah aturan dan pola dalam menyusun kata menjadi frasa, klausa, atau kalimat yang bermakna dalam suatu bahasa. Contohnya urutan kata pada kalimat "Dia membaca buku" harus sesuai dengan kaidah sintaksis bahasa Indonesia.

Ada tiga unsur sintaksis, yaitu 1) frasa, 2) klausa, dan 3) kalimat. Frasa adalah sekelompok kata yang membentuk satu unit tetapi tidak memiliki subjek-predikat. Contohnya rumah besar (frasa nominal), sangat cepat (frasa adverbial). Adapun klausa adalah kelompok kata yang memiliki subjek dan predikat, contohnya "Saya membaca buku (klausa independen). Selain frasa dan klausa, dalam unsur sintaksis ada yang disebut kalimat yaitu susunan klausa yang membentuk kesatuan pemikiran. Contohnya "Dia pergi ke sekolah karena ujian berlangsung hari ini (kalimat kompleks).

Sintaksis berperan dalam menentukan hubungan antar kata dalam suatu kalimat, membantu memahami makna kalimat yang lebih konteks, dan menyesuaikan urutan kata sesuai dengan aturan bahasa. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia urutan umum adalah S-P-O-K. Dengan kata lain, sintaksis adalah bagaimana susunan kata dapat dibuat dan memengaruhi makna.

Sintaksis mengatur bagaimana kata-kata disusun untuk membentuk kalimat yang benar. Bandingkan dua kalimat berikut "anak kecil itu memuku anjing" dan kalimat "anjing memukul anak kecil itu". Kedua kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang sama, tetapi perubahan urutan kata akan mengubah maknanya secara drastis.

Contoh kalimat lain, urutan dasar bahasa Indonesia adalah S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Kalimat "Dia membaca buku di perpustakaan". (S-P-O-K) apabila dirubah menjadi "di perpustakaan, dia membaca buku". (K-S-P-O) dalam bahasa Indonesia masih dapat dipahami, tetapi dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris, perubahan susunan kata dapat menjadikan kalimat tidak masuk akal.

Leksikon

Leksikon adalah kosakata yang dimiliki oleh suatu bahasa atau individu. Sebagai contoh, kata "guru" dan "murid" termasuk dalam leksikon pendidikan. Leksikon mencakup kata-kata dasar, istilah teknis, dan ekspresi idiomatis.

Ada tiga komponen leksikon yaitu 1) leksikon umum, 2) leksikon khusus, dan 3) idiom dan ungkapan. Leksikon umum adalah kata-kata sehari-hari seperti kata makan, minum, pergi. Ada juga leksikon khusus yaitu istilah dalam bidang tertentu seperti kata oksigen (kimia), sintaksis (linguistik), energi (fisika), algoritma (matematika), anatomi (kedokteran). Komponen leksikon lainnya adalah idiom dan ungkapan, yaitu frasa dengan makna kiasan seperti meja hijau artinya bukan meja berwarna hijau. tetapi bermakna pengadilan.

Semantik

Semantik adalah studi tentang makna dalam bahasa. Semantik berfokus pada bagaimana kata, frasa, dan kalimat menyampaikan makna. Sebagai contoh, kata lampu merah secara literal berarti lampu berwarna merah, tetapi dalam lalu lintas maknanya adalah "berhenti".

Ada tiga aspek semantik yaitu 1) makna leksikal, 2) makna kontekstual, dan 3) sinonim dan antonim. Makna leksikal adalah makna kata secara langsung. Sebagai contoh kata air bermakna zat cair yang tidak bermakna. Adapun makna kontekstual adalah makna yang dipengaruhi oleh konteks kalimat. Contohnya dia dingin sekali. Hal ini berarti suhu tubuhnya dingin, atau bisa juga bermakna sikapnya tidak ramah. Aspek semantik lainnya adalah sinonim dan antonim, atau hubungan makna antar kata. Contohnya sinonim kata "besar" adalah "gigantik" dan antonim kata "besar" adalah "kecil".

Perubahan makna dapat terjadi dalam konteks, seperti pada kalimat "Rumahnya jauh lebih panas sekarang". Secara makna literal, kalimat itu berarti suhu rumahnya lebih tinggi sehingga terasa panas, tetapi secara makna figuratif dapat berarti rumahnya menjadi tempat konflik.

Pragmatik

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bagaimana bahsa digunakan dalam konteks sosial dan komunikasi. Contohnya ungkapan tindak tutur "Bisa tolong tutup jendela?" kalimat ini sebenarnya bukan sekedar pertanyaan untuk dijawab, tetapi merupakan permintaan untuk menutup jendela. Ungkapan lainnya adalah implicatur yaitu makna yang tersirat dalam percakapan. Contohnya pada kalimat "Ruangannya panas ya?" ini dapat berarti permintaan untuk menyalakan kipas. Pada kalimat tersebut tidak secara jelas menyatakan "tolong nyalakan kipasnya ya!" sebagaimana tindak tutur pada contoh di atas. Selain tindak tutur dan implikatur, pragmatik juga dapat berupa deiksis yaitu kata yang maknanya tergantung pada konteks, misalnya pada kalimat "saya di sini besok". 

Mari kita analisis tindak tutur. Pada kalimat "Bisa tolong matikan lampu" secara literal adalah pertanyaan, tetapi secara pragmatis ini adalah perintah halus. Contoh lain pada kalimat "Rumahmu bagus sekali!" jika dikatakan dengan sinis maka ini bisa bermakna sindiran. Contoh lainnya adalah implikatur dalam percakapan, si A bertanya "Kamu ikut ujian besok?" si B menjawab "Saya belum belajar sama sekali". Secara pragmatis ini dapat bermakna bahwa si B bermaksud mengatakan bahwa dia tidak akan ikut ujian besok.

Dari penjelasan tentang semantik dan pragmatik, keduanya adalah bidang studi yang terkait dengan bagaimana makna dapat dipahami dalam konteks. Namun keduanya memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda. Semantik berfokus pada makna leksikal, sintaksis, dan semantik, sedangkan pragmatik mempelajari makna bahasa dipengaruhi oleh konteks komunikasi.

Perbedaan utama terletak pada fokusnya. Semantik berfokus pada makna bahsa itu sendiri sedangkan pragmatik berfokus pada bagaimana makna bahasa dipengaruhi oleh konteks komunikasi. Selain itu pendekatan semantik menggunakan pendekatan yagn lebih formal dan abstrak, adapun pendekatan pragmatik menggunakan pendekatan yang lebih empiris dan kontekstual.

Berikut beberapa contoh kalimat yang mengandung makna semantik atau pragmatik.

Kalimat "saya lapar" secara semantik bermakna leksikal kata-kata individu "saya" (S) dan "lapar" (P). Tetapi secara pragmatik dalam konteks komunikasi, pembicara mungkin ingin meminta makanan. contoh lain pada kalimat "Bisa kamu tutup jendela itu?". Secara semantik makna sintaksis kalimat tersebut adalah pertanyaan tentang kemampuan seseorang untuk menutup jendela, tetapi secara pragmatik adalah implikatur, yaitu bahwa pembicara mungkin ingin mengatakan bahwa jendela itu harus ditutup, bukan bertanya tentang kemampuan menutup jendela.

Contoh lain adalah pada kalimat "saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan". Secara semantik, kalimat tersebut bermakna pengakuan tentang ketidak tahuan, tetapi secara pragmatik adalah berupa presuposisi, yaitu pembicara mungkin mengharapkan bantuan atau saran dari lawan bicara. 

Wacana

Wacana adalah suatu bahasa yang lebih besar dari kalimat, mencakup teks dan konteks penggunaanya. Wacana mencakup interaksi verbal, teks tertulis dan komunikasi sosial. Contoh wacara adalah artikel berita, ceramah atau dialog dalam film.

Ada tiga jenis wacana yaitu 1) wacana naratif, 2) wacana argumentatif, dan 3) wacana ekspositoris. Wacara anaratif adalah kalimat yang menceritakan suatu kejadian seperti cerpen dan novel, sedangkan wacana argumentatif berisi pendapat dan alasan seperti artikel opini dan debat. Adapun wacana ekspositoris menjelaskan suatu topik seperti artikel ilmiah. 

Ada dua cara menganalisis wacana yaitu 1) kohesi dan 2) koherensi. Kohesi adalah hubungan antar kata dalam teks, seperti penggunaan kata ganti untuk menghindari pengulangan, dan koheresi adalah kesinambungan ide dalam teks agar mudah dipahami. Dengan kata lain, analisis wacara adalah bagaimana struktur teks atau percakapan pada akhirnya membentuk makna.

No comments:

Post a Comment

Terbaru

Cinta yang Tak Butuh Panggung

Suasana aula sore itu penuh dengan semangat. Suara MC mengisi udara, memanggil satu per satu nama santri yang meraih prestasi terbaik—dari y...

Populer