Ini kisah tentang Lukman Al Hakim. Al Hakim menunjukkan suatu gelar bagi seseorang bernama Lukman yang artinya seorang yang memiliki hikmah, pengetahuan dan kebijakan. Gelar ini sangat layak disematkan pada namanya sehingga Allah pun menuliskannya menjadi salah satu nama dalam Al-quran yaitu surat Lukman.
Tidak banyak yang mengetahui apakah Lukman ini seorang nabi atau rasul? yang pasti ia adalah orang tua teladan yang memiliki segudang kearifan yang patut diteladani oleh siapa saja yang ingin mencetak anak yang sholih sholihah, berakhlak mulia dan tentu saja cerdas.
Syahdan, suatu hari Lukman Al Hakim mengajak anaknya untuk pergi ke suatu tempat. Karena perjalanan cukup jauh, tidak lupa keledai dibawanya serta. Tentu saja selalu ada hikmah yang diajarkan Lukman kepada anaknya, termasuk dalam perjalanan ini. Entah sengaja atau tidak, kenapa keledai yang dipilih? bukan kuda atau gajah seperti raja Abrahah, dan mungkin saja keledai adalah satu-satunya hewan yang mereka miliki. Karena tidak terdengar informasi bahwa Lukman adalah seorang Raja, jadi gajah atau kuda bukan pilihan mereka.
Lukman dan putranya menaiki keledai itu melewati suatu kaum. Rupanya kebiasaan mengkritik atau lebih tepatnya nyinyirin sesuatu sudah ada sejak dulu. Mereka berkata "lihatlah! betapa mereka tidak memiliki rasa belas kasihan kepada hewanpun, mereka berdua menaiki keledai kecil itu?". Yang lain mengiyakan dan tertawa sinis. Lukman dan anaknya mendengarkan percakapan segerombolan orang itu, dan berkata. "Anakku, bisa jadi apa yang mereka katakan itu benar! bagaimana kalau kita bergantian menaiki keledai ini?". "Baik ayah, sekarang ayah dulu yang duduk di atas punggung keledain ini, biarlah saya yang menuntunnya", demikian ucap anaknya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan melewati suatu kaum. Di antara mereka terdengar berkata satu sama lain "Hai, lihat! orang tua yang tak tahu diri! masa siih anaknya dibiarkan jalan kaki, sedangkan dia enak-enak duduk di atas keledai!" lalu yang lain menimpali sambil tertawa-tawa. Lukman kemudian berkata "Anakku, bisa jadi apa yang mereka katakan benar! sekarang kamu yang menaiki keledai dan biar ayah yang menuntunnya!". "Baik ayah!" jawab putranya. Kemudian mereka berganti posisi, dan melanjutkan perjalanan.
Merekapun melanjutkan perjalanan dan melewati suatu kaum. "Yaa ampuun! anak durhaka! masa ayahnya disuruh jalan kaki sedangkan anaknya enak-enak duduk di atas keledai?" dan mereka pun tertawa sinis dan nyinyir. "Anakku, apa yang mereka katakan mungkin saja ada benarnya! bagaimana kalau kita berdua jalan aja!". "Baiklah!" jawab putranya. Lalu mereka meneruskan perjalanan, keledai, Lukman dan putranya berjalan berdampingan.
Ketika Lukman dan putranya melewati suatu kaum, mereka tertawa sambil berkata "orang-orang ini aneh, kenapa keledainya tidak ditunggangi? bodoh banget!", yang lain sama-sama tertawa. Lalu Lukman berkata "Anakku, dari perjalanan yang telah kita lalui, setiap kaum memiliki pendapat atau kritikannya sendiri. Dengan demikian pada dasarnya semua kembali kepada kita sendiri. Oleh karena itu kita harus memiliki alasan kuat yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menentukan suatu tindakan yang mungkin berbeda dengan orang lain. Kenyataannya apapun yang kamu lakukan bisa saja dianggap salah oleh pihak lain, oleh karena itu pada akhirnya semua UP TO YOU!"
No comments:
Post a Comment